Tentang Feminis dan Pelakonnya
Dibuka dengan tuduhan-tuduhan satire yang menyudutkan
dirinya sebagai penganut feminis. Telinganya hampir menangis teriris bawang,
bagaimana bisa label itu lahir dari bibir merah rekah mereka?
“Eh, feminis ya?” gelak tawa mereka.
Ia menanggapi semua peluru tuduhan itu dengan rasa
tersinggung. What the hell man, apa yang ia lakukan sampai orang membranding
dirinya dengan cap Feminis Lover. Apa karena cuitan atas artikel Magdalene yang
sering ia baca di laman twitternya? Atau apa? Toh ia juga berlaga tomboy.
Sadarnya hadir dengan istimewa usai muak dengan tuduhan itu,
ia ingin hal itu segera lesap. Mulailah ia membaca, mengulik kisah jalannya
feminis. Semakin dalam, fikirannya terbuka “Feminis is not always that bad man”
pungkasnya.
Feminis dalam pemahaman lugunya adalah membela kesetaraan
antar cewe dan cowo, bukan perihal kesamaan. Jelas tanpa ironi cewe dan cowo
berbeda, mulai dari papilla tubuh hingga desiran tanggung jawab. Atom utamanya
ialah kesetaraan bukan kesamaan, woman must have the rights as man but in the
other form n way. Gitu lah kira-kira bahasa internasionalnya.
Cewe bukan pemuas nafsu cowo, karena toh keduanya sama-sama
punya nafsu. Cewe bukan cuma beresin rumah then stay at home waiting her
husband go home, dan cowo juga bukan cuma ngerjain kerjaan kasar. Kita bisa
saling tukar tempat man, ada tuh cowo yang hobi masak anak rumahan, ada tuh
cewe yang hobi ngojek anak pinggiran (Eh, ga betah d rmh mksdnya). Ada lo ada.
Feminis engga sebatas memerdekakan keabsahan antara cewe dan
cowo, tapi juga cewe ke cewe and vice versa. Baru tertampar setelah dengar
sendiri bahwa ada lo teman baiq yang ngomongin teman baiqnya di belakang dengan
sangat baik (baca; sarkasme). Bahkan pentasnya langsung dengan tindakan lo, its
like “kamu bukan cewe baik-baik kalo pakaianmu gitu” (baca;tertutup dari atas
sampe bawah).
Ditimpa sabar berjuta rasanya, si teman baiq tida berfikir
luas sepertinya. Is it better to full ur body with the big clothe and
absolutely wear beautiful make up then ur opponent give their eyes on you, or
use an usual clothe and not wear anykind
of make up that impossible to attract the boy’s eyes? Which one? Tujuannya apa?
Itu kan utamanya.
Menanggapi hal ini ia dengan senang hati memilih abjad B
aja. Dan himpunan kasus-kasus antar sesama cewe juga menjadi perhatian pastinya
bagi para penganut feminis. Tapi bisa jadi biasa saja untuk para pemaham
feminis.
Satu yang perlu di tebalkan, penganut dan pemaham itu berbeda.
So, jangan hobi ngecap dong. Tukang cetak cap aja masi nanya sama kliennya mau
desain yg gimana. Nah situ? Yaudasih gitu aj.
Komentar
Posting Komentar